Galungan di Bali: Merayakan Kemenangan Dharma atas Adharma dan Harmoni Semesta

Hari Raya Galungan merupakan salah satu perayaan terbesar dan paling sakral bagi umat Hindu di Bali. Dirayakan setiap 210 hari sekali berdasarkan perhitungan kalender Saka Bali, Galungan bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (keburukan) serta mempererat tali persaudaraan dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Jejak-jejak perayaan Galungan yang khidmat dan penuh makna terasa di seluruh penjuru Pulau Dewata.

Inti dari perayaan Galungan adalah memperingati terciptanya alam semesta beserta segala isinya dan kemenangan Dewa Indra atas raksasa Mayadenawa yang melambangkan Adharma. Umat Hindu di Bali percaya bahwa pada hari Galungan, para dewa dan leluhur turun ke bumi untuk memberikan berkat dan menyaksikan umatnya merayakan kemenangan kebaikan. Oleh karena itu, persiapan menyambut Galungan dilakukan dengan sangat meriah dan penuh khidmat.

Beberapa hari menjelang Galungan, umat Hindu Bali disibukkan dengan berbagai persiapan. Para wanita membuat penjor, yaitu hiasan janur yang tinggi dan melengkung indah, yang dipasang di depan setiap rumah sebagai simbol kemakmuran dan persembahan kepada para dewa. Selain itu, berbagai jenis banten (sesajen) juga dipersiapkan dengan teliti sebagai wujud syukur dan permohonan berkat. Daging babi dan lawar menjadi hidangan khas yang tak terpisahkan dari perayaan ini.

Pada hari Galungan, seluruh umat Hindu Bali mengenakan pakaian adat terbaik mereka dan berbondong-bondong menuju pura (tempat ibadah) untuk melakukan persembahyangan bersama. Suasana khidmat dan sakral terasa di setiap pura, diiringi dengan lantunan doa dan аромат dupa yang memenuhi udara. Setelah persembahyangan, keluarga dan kerabat saling berkunjung dan berbagi kebahagiaan serta hidangan khas Galungan.

Rangkaian perayaan Galungan tidak hanya berlangsung satu hari. Beberapa hari setelah Galungan, umat Hindu Bali merayakan Manis Galungan, yang merupakan hari untuk bersilaturahmi dan mengunjungi sanak saudara serta teman-teman. Tradisi ngerayabang atau mengunjungi pura-pura suci secara bergiliran juga menjadi bagian penting dari rangkaian perayaan ini. Puncak dari rangkaian perayaan Galungan adalah Kuningan, yang dirayakan sepuluh hari setelah Galungan dan dipercaya sebagai hari kembalinya para dewa ke kahyangan.